CINTA RASUL shallallahu ‘alaihi wasallam PADA UMMATNYA
Oleh: Abdullah Zaen, Lc., MA
Khutbah Jum’at di Masjid Agung Darussalam Purbalingga, 15 Rabi’ul Awwawl 1440 H / 23 Nopember 2018
KHUTBAH PERTAMA:
إِنَّ الْحَمْدَ للهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
“يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ اتَّقُواْ اللّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ”.
“يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُواْ رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُم مِّن نَّفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيراً وَنِسَاء وَاتَّقُواْ اللّهَ الَّذِي تَسَاءلُونَ بِهِ وَالأَرْحَامَ إِنَّ اللّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيباً”.
“يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيداً . يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَن يُطِعْ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزاً عَظِيماً”.
أَمَّا بَعْدُ، فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ، وَخَيْرُ الْهُدَى هُدَى مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَشَرُّ الْأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلُّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ.
Jama’ah Jum’at rahimakumullah…
Mari kita tingkatkan ketaqwaan kepada Allah ta’ala dengan ketaqwaan yang sebenar-benarnya; yaitu mengamalkan apa yang diperintahkan oleh-Nya dan Rasul-Nya shallallahu ’alaihi wasallam serta menjauhi apa yang dilarang oleh-Nya dan Rasul-Nya shallallahu ’alaihi wasallam.
Jama’ah Jum’at yang semoga dimuliakan Allah…
“Witing Tresno Jalaran Soko Kulino”. Begitu peribahasa Jawa mengungkapkan bahwa perasaan cinta akan tumbuh karena seringnya pertemuan. Ungkapan tersebut kalau diartikan dalam Bahasa Indonesia menjadi “Cinta tumbuh karena terbiasa”. Terbiasa bertemu, terbiasa duduk bersama, terbiasa bercakap-cakap, juga beragam terbiasa lainnya. Walau mungkin di awal, cinta itu belum tumbuh, tapi karena faktor terbiasa tadi, akhirnya cinta itupun mulai tumbuh.
Namun bagaimana halnya, bila ada orang yang sangat mencintai kita, padahal ia tidak pernah bertemu kita. Bahkan beda zaman sekian belas abad sebelum kita? Bisa dipastikan tentu dia adalah manusia tulus yang sangat mulia. Beliau tidak lain dan tidak bukan adalah Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu menuturkan,
أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَتَى الْمَقْبُرَةَ، فَقَالَ: “السَّلَامُ عَلَيْكُمْ دَارَ قَوْمٍ مُؤْمِنِينَ، وَإِنَّا إِنْ شَاءَ اللهُ بِكُمْ لَاحِقُونَ، وَدِدْتُ أَنَّا قَدْ رَأَيْنَا إِخْوَانَنَا” قَالُوا: “أَوَلَسْنَا إِخْوَانَكَ، يَا رَسُولَ اللهِ؟” قَالَ: “أَنْتُمْ أَصْحَابِي، وَإِخْوَانُنَا الَّذِينَ لَمْ يَأْتُوا بَعْدُ”
“Pada suatu hari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berziarah kubur. Beliau berdoa, “Semoga keselamatan terlimpahkan kepada kalian wahai kaum mukminin. InsyaAllah kami akan menyusul kalian. Aku ingin sekali kita melihat saudara-saudara kita”. Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, bukankah kami adalah saudara-saudaramu?”. Beliau menjawab, “Kalian adalah para sahabatku. Sedangkan saudara-saudara kita, mereka belum tiba saat ini”. HR. Muslim.
Dalam riwayat lain disebutkan,
“إِخْوَانِي الَّذِينَ آمَنُوا بِي وَلَمْ يَرَوْنِي “
“Saudara-saudaraku adalah mereka yang beriman padaku, padahal mereka belum pernah melihatku”. HR. Ahmad dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu dan dinilai hasan lighairihi oleh al-Arna’uth.
Kaum muslimin dan muslimat yang kami hormati…
Kecintaan Rasul shallallahu ‘alaihi wasallam bukan sekedar kata yang tersungging di lisan. Namun terlihat jelas dalam keseharian beliau. Salah satu buktinya, beliau tidak pernah lupa untuk mendoakan ummatnya di setiap shalatnya.
Ummul Mukminin Aisyah radhiyallahu ‘anha bercerita,
لَمَّا رَأَيْتُ مِنَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ طِيبَ نَفْسٍ، قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، ادْعُ اللَّهَ لِي، فَقَالَ: «اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِعَائِشَةَ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنَبِهَا وَمَا تَأَخَّرَ، مَا أَسَرَّتْ وَمَا أَعْلَنَتْ»، فَضَحِكَتْ عَائِشَةُ حَتَّى سَقَطَ رَأْسُهَا فِي حِجْرِهَا مِنَ الضَّحِكِ، قَالَ لَهَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «أَيَسُرُّكِ دُعَائِي؟ »، فَقَالَتْ: وَمَا لِي لَا يَسُرُّنِي دُعَاؤُكَ فَقَالَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «وَاللَّهِ إِنَّهَا لَدُعَائِي لِأُمَّتِي فِي كُلِّ صَلَاةٍ»
Suatu saat aku melihat suasana hati Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam sedang nyaman. Akupun berkata, “Wahai Rasulullah, doakan aku”. Maka beliaupun berkata, “Ya Allah, ampunilah dosa Aisyah yang telah lampau dan yang akan datang. Juga dosa yang tak terlihat maupun yang terlihat”. Aisyah tersenyum amat bahagia sambil tertunduk haru. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya, “Apakah doaku membuatmu bahagia?”. Dia menjawab, “Bagaimana mungkin aku tidak bahagia dengan doamu?”. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Demi Allah, itulah doa yang selalu kupanjatkan untuk ummatku dalam setiap shalatku”. HR. Ibn Hibban dan dinyatakan hasan oleh al-Albaniy.
Allahu akbar, seperti itulah perhatian Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam kepada kita. Di saat banyak dari kita justru sering lupa untuk mendoakan beliau. Melewatkan banyak hari tanpa mengucapkan shalawat walau sekali untuk beliau.
Jama’ah Jum’at yang dirahmati Allah…
Begitu cintanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam kepada ummatnya, hingga sesuatu teristimewa yang dimilikinya pun diberikan untuk ummatnya.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «لِكُلِّ نَبِيٍّ دَعْوَةٌ مُسْتَجَابَةٌ، فَتَعَجَّلَ كُلُّ نَبِيٍّ دَعْوَتَهُ، وَإِنِّي اخْتَبَأْتُ دَعْوَتِي شَفَاعَةً لِأُمَّتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ، فَهِيَ نَائِلَةٌ إِنْ شَاءَ اللهُ مَنْ مَاتَ مِنْ أُمَّتِي لَا يُشْرِكُ بِاللهِ شَيْئًا»
Abu Hurairah radhiyallahu ’anhu menuturkan, bahwa Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam bersabda, ”Setiap nabi dikaruniai doa yang mustajab. Masing-masing mereka telah menggunakan doa tersebut. Adapun aku, maka kusimpan doaku sebagai syafaat untuk ummatku di hari kiamat. Setiap ummatku yang wafat dalam keadaan tidak mempersekutukan Allah dengan suatu apapun, dia akan memperoleh syafaat tersebut insyaAllah”. HR. Bukhari dan Muslim dengan redaksi Muslim.
Bandingkan dengan kita bila mendapat peluang doa mustajab. Kira-kira akan kita manfaatkan untuk apa? Untuk kepentingan pribadi kita? Meminta rumah, kendaraan, pasangan, harta melimpah, tanah sawah? Ataukah kita gunakan untuk mendoakan Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam?
Suasana di padang mahsyar begitu mencekam. Semua nabi dan rasul ‘alaihimus salam angkat tangan. Tidak kuasa membantu ummat manusia. Maka merekapun berbondong-bondong menemui Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, untuk memohon bantuannya. Beliau bergegas sujud di bawah Arsy seraya memuja dan memuji Allah. Setelah sekian lama, Allah ta’ala berfirman,
“يَا مُحَمَّدُ ارْفَعْ رَأْسَكَ سَلْ تُعْطَهْ، وَاشْفَعْ تُشَفَّعْ فَأَرْفَعُ رَأْسِي، فَأَقُولُ: “أُمَّتِي يَا رَبِّ، أُمَّتِي يَا رَبِّ، أُمَّتِي يَا رَبّ”ِ، فَيُقَالُ: يَا مُحَمَّدُ أَدْخِلْ مِنْ أُمَّتِكَ مَنْ لاَ حِسَابَ عَلَيْهِمْ مِنَ البَابِ الأَيْمَنِ مِنْ أَبْوَابِ الجَنَّةِ
“Wahai Muhammad, angkatlah kepalamu. Mintalah, pasti dikabulkan. Silahkan berikan syafaatmu”. Maka beliaupun berkata, “Ummatku wahai Rabbi.. Ummatku wahai Rabbi.. Ummatku wahai Rabbi..”. Dijawablah, “Wahai Muhammad persilahkan sebagian ummatmu yang tidak menjalani proses hisab untuk masuk surga lewat pintu sebelah kanan”. HR. Bukhari.
Semoga kita termasuk golongan tersebut…
أقول قولي هذا، وأستغفر الله لي ولكم ولجميع المسلمين والمسلمات، فاستغفروه إنه هو الغفور الرحيم.
KHUTBAH KEDUA:
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ وَالعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِيْنَ وَلَا عُدْوَانَ إِلَّا عَلَى الظَّالِمِيْنَ وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى المَبْعُوْثِ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ وَحُجَّةً عَلَى الخَلْقِ أَجْمَعِيْنَ مَا مِنْ خَيْرٍ إِلَّا وَدَلَّنَا عَلَيْهِ وَمَا مِنْ شَرٍّ إِلَّا وَحَذَّرَنَا مِنْهُ صَلَوَاتُ رَبِّي وَسَلَامَةُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ الطَّيِّبِيْنَ وَصَحَابَتِهِ المَيَامِيْنِ وَعَلَى مَنِ اقْتَفَى أَثَرَهُمْ وَسَارَ عَلَى هَدْيِهِمْ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنَ.
أَمَّا بَعْدُ :
Ibadallah,
Masih banyak potret kecintaan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam kepada ummatnya. Tidak mungkin semuanya dikupas dalam khutbah yang singkat ini. Namun hal terpenting yang harus kita camkan adalah, sudahkah kita mencintai beliau sebagaimana beliau mencintai kita? Kemudian apa bukti kecintaan kita kepada beliau?
Jangan sampai kita malah membalas cinta beliau dengan melakukan hal-hal yang membuat beliau tidak berkenan. Bahkan mungkin marah. Walaupun dengan dalih dalam rangka mengungkapkan kecintaan kepada beliau.
Rasulullah shallallahu’alaihiwasallam mengingatkan,
“لَيَرِدَنَّ عَلَيَّ أَقْوَامٌ أَعْرِفُهُمْ وَيَعْرِفُونِي، ثُمَّ يُحَالُ بَيْنِي وَبَيْنَهُمْ … فَأَقُولُ: إِنَّهُمْ مِنِّي!. فَيُقَالُ: إِنَّكَ لَا تَدْرِي مَا أَحْدَثُوا بَعْدَكَ! فَأَقُولُ: “سُحْقًا سُحْقًا لِمَنْ غَيَّرَ بَعْدِي”.
“Akan datang ke (telaga)ku orang-orang yang kukenal dan mereka mengenaliku, namun kemudian mereka terhalang dariku” …
Akupun berkata, “Mereka adalah bagian dariku!”.
Dijawab, “Sesungguhnya engkau tidak mengetahui apa yang mereka ada-adakan setelah engkau (meninggal dunia)”.
Aku berkata, “Menjauhlah orang-orang yang mengubah-ubah (agamaku) sesudahku!”. HR. Bukhari dan Muslim dari Sahl bin Sa’d radhiyallahu ‘anhu.
هذا؛ وصلوا وسلموا –رحمكم الله– على الصادق الأمين؛ كما أمركم بذلك مولاكم رب العالمين، فقال سبحانه: “إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً”.
اللهم صل على محمد وعلى آل محمد كما صليت على إبراهيم وعلى آل إبراهيم إنك حميد مجيد, اللهم بارك على محمد وعلى آل محمد كما باركت على إبراهيم وعلى آل إبراهيم إنك حميد مجيد.
ربنا ظلمنا أنفسنا وإن لم تغفر لنا وترحمنا لنكونن من الخاسرين
ربنا اغفر لنا ولإخواننا الذين سبقونا بالإيمان ولا تجعل في قلوبنا غلا للذين آمنوا ربنا إنك رؤوف رحيم
ربنا لا تزغ قلوبنا بعد إذ هديتنا وهب لنا من لدنك رحمة إنك أنت الوهاب
ربنا آتنا في الدنيا حسنة وفي الآخرة حسنة وقنا عذاب النار
وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه ومن تبعهم بإحسان إلى يوم الدين
وآخر دعوانا أن الحمد لله رب العالمين. أقيموا الصلاة…
✍ Pesantren “Tunas Ilmu” Kedungwuluh Purbalingga, 15 Rabi’ul Awwawl 1440 H / 23 Nopember 2018